Minggu, 17 Mei 2015 | By: Admin

Rumput Tetangga Mungkin Lebih Hijau, Tapi Buah Kebun Kita Lebih Manis

Rumput Tetangga Mungkin Lebih Hijau, Tapi Buah Kebun Kita Lebih Manis

Suatu siang di daerah Kelapa gading, saya sedang menumpangi mobil. Jalan cukup macet saat itu, meski masih bergerak. Mobil saya ada di jalur tengah. Saya melihat ke jalur di sebelah kiri saya. Entah hanya perasaan atau bukan, saya merasa jalur di sebelah kiri saya lebih lancar. Mobil-mobil yang ada di sebelah saya melaju lebih cepat. Saya jadi ingat sebuah pepatah, “Rumput tetangga terlihat lebih hijau dari rumput di kebun kita sendiri”. Saya pun berinisiatif untuk berpindah jalur ke jalur di sebelah kiri saya.

Ternyata berpindah jalur tidak semudah yang saya bayangkan. Mobil-mobil yang ada di jalur kiri tentu tidak membiarkan begitu saja jalannya diambil oleh mobil saya. Di sini berlaku, siapa yang lebih cepat dan lebih tinggi skill-nya, dia yang akan mendapatkan jalan. Alhasil, setelah beberapa detik berusaha, saya masih belum berhasil berpindah jalur. Lalu, saya kaget ketika mendengar bunyi klakson mobil di belakang saya. Saya melihat ke depan, dan ternyata mobil di depan saya sudah berada jauh di depan saya, dan tercipta ruang kosong yang cukup banyak di jalur saya. Saya begitu terobsesi pada jalur sebelah saya sampai saya tidak memperhatikan jalur saya sendiri. Akhirnya saya mengurungkan niat saya untuk berpindah jalur dan meneruskan perjalanan pada jalur saya.

Saat itu, ada satu kalimat yang terlewat di pikiran saya: “Rumput Tetangga Mungkin Lebih Hijau, Tapi Buah Kebun Kita Lebih Manis”. Salah satu sifat buruk manusia adalah sifat tidak pernah puas yang membuatnya menjadi kurang bersyukur. Seringkali kita membandingkan diri kita dengan orang lain, dan mungkin kita melihat banyak kelebihan orang lain yang lebih baik daripada kita, dan kita menjadi menginginkannya. Kita melihat rumput tetangga lebih hijau daripada rumput kita. Tapi, kita kadang tidak menyadari banyak kelebihan-kelebihan kita yang patut kita syukuri dan gunakan untuk membantu orang lain. Kita hanya melihat rumput, kita tidak melihat buah kebun kita lebih manis daripada buah kebun tetangga kita. Kita hanya melihat yang kita tidak miliki, dan kita menjadi kurang bersyukur dengan apa yang telah kita miliki. Apa yang telah kita miliki mungkin kita anggap biasa saja. Kita tidak menyadari betapa berharganya hal itu sampai itu diambil dari kita.

Dari hal sederhana ini, saya belajar untuk mensyukuri apa yang saya miliki. Keluarga yang saya miliki, kesehatan yang saya miliki, bakat/talenta yang saya miliki, teman-teman yang saya miliki, dan masih banyak lagi. Kita akan sulit sekali bersyukur jika kita selalu memfokuskan diri kita kepada hal yang tidak kita miliki. Karena itu, jangan lupakan kelebihan yang kita miliki, meskipun mungkin sangat sederhana, untuk kita syukuri. Mungkin bagi orang lain, kelebihan yang sangat sederhana itu sangatlah besar artinya. Rumput tetangga boleh lebih hijau, tapi jangan lupa buah kebun kita lebih manis. Setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Lihatlah semuanya secara seimbang, dan marilah kita syukuri apa yang kita miliki.

0 komentar:

Posting Komentar