Sabtu, 27 Februari 2016 | By: Admin

Hijrah Insya Allah

Repost

Bismillah


Tak apa, celana jeans dengan berbagai modelnya itu pernah ku kenakan dulu.
Tak apa, berbagai model baju membentuk tubuhku dulu sering sekali ku kenakan.

Jangankan memakai kaos kaki. Membayangkannya saja terasa gerah.
Hingga akhirnya aku tersadar, kalau seorang anak perempuan keluar rumah tidak menutup auratnya dengan baik dapat mengantarkan ayahnya pada pintu neraka?...
Lantas bagaimana denganku yang masih seperti ini? Bagaimana aku bisa setega itu pada lelaki yang telah membahagiakanku dari kecil? Jangankan menanggung dosa ,atas perbuatanku. Membayangkannya di depan pintu neraka saja aku tak mampu

Akhirnya mulai ku kurangi celanaku.. baju melekukku
Ku kenakan hijab panjang penutup dadaku. .
Ku pakai gamis longgar yang kufikir dulu ketinggalan jaman itu. .

" Ayah , ini bukti sayangku padamu " .
" Ijinkan aku menjagamu.. setidaknya berdoa, semoga hijrahku ini dapat meringankan sedikit beban di pundakmu " .

Follow dan Dukung #GerakanMenutupAurat #IndonesiaMenutupAurat .

Kisah Menarik Dibalik Pengislaman “Hana Tajima”

Kisah Menarik Dibalik Pengislaman “Hana Tajima”


Di tahun 2015 ini, nama Hana Tajima Simpson menjadi topik perbincangan kembali di kalangan blogger Muslimah. Wanita blasteran Jepang dan Inggris ini dikenal karena gaya berhijabnya yang unik & lebih kasual. Wajah Hana juga telah menghiasi sejumlah media massa di UK dan Brazil.

Hana yang lebih dikenali sebagai seorang fashion designer membuat kejutan melalui produk dengan jenama Maysaa. Produk yang telah dilempar ke pasaran dunia itu berupa hijab bergaya 'layers'. Melalui jenama tersebut, Hana mencoba untuk memperkenalkan gaya berbusana yang trendi, namun tetap sesuai dengan syariat Islam di kalangan Muslimah.

Hana mulai memeluk Islam ketika berusia 17 tahun, Hana datang dari latar belakang keluarga Kristen yang tidak terlalu mementingkan agama dalam kehidupan mereka. Ayahnya berasal dari Jepang sedangkan ibunya merupakan seorang wanita Inggris.
Minatnya kepada Islam bermula semasa belajar di sekolah tinggi. Hana bertemu dan bersahabat dengan beberapa pelajar Muslim.

Pada pandangan Hana, sahabat-sahabatnya yang beragama Islam kelihatan berbeda dengan yang lain. "Mereka kelihatan menjaga jarak dengan beberapa pelajar tertentu. Mereka juga menolak ketika diajak untuk pergi ke tempat hiburan malam." katanya.
Bagi Hana, perkara itu sangat menarik. Selain itu, sahabat-sahabatnya yang Muslim dianggap sangat menyenangkan apabila diajak berbincang berkaitan hal kuliah. Menurutnya, pelajar Muslim lebih banyak menghabiskan waktu dengan  membaca di perpustakaan ataupun berbincang-bincang.

Dari sahabat-sahabat Muslim itulah, secara perlahan-lahan Hana mulai tertarik dengan ilmu falsafah terutamanya falsafah Islam.
Sejak saat itu, Hana mula mempelajari falsafah Islam langsung dari sumbernya yaitu Al-Quran. Kenyataan tentang Al-Quran tetap sama seperti sebelumnya memberi maksud bahwa selalu ada titik rujukan untuk semua perkara dan masalah dalam kehidupan dunia ini. "Di dalam Al-Quran, saya menemukan banyak rujukan dan referensi seputar isu-isu mengenai hak dan kewajiban seorang wanita”

Semakin banyak saya membaca, semakin diri saya setuju dengan idea-idea dibalik Al-Quran dan saya bisa melihat bagaimana Islam sangat mewarnai kehidupan sahabat-sahabat Muslim saya. Namun saat itu, keinginan untuk memeluk agama ini masih belum tiba. Sehingga pada satu titik yang mana saya tidak dapat mengatakan tidak pada diri saya mengenai kebenaran agama ini, maka saya memutuskan untuk menjadi seorang “Muslimah" katanya.

Rasa kagumnya terhadap ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al-Quran akhirnya membuat Hana memutuskan untuk memeluk agama islam.
Tanpa adanya paksaan dan halangan, dan hanya disaksikan oleh teman-teman Muslimahnya, Hana pun mengucapkan dua kalimah syahadat. "Menyatakan perkara tersebut kepada keluarga adalah sesuatu yang sangat mudah. Saya tahu mereka akan gembira selagi saya juga gembira, dan mereka melihat ini adalah sesuatu yang baik," tuturnya.

Seperti halnya semasa Hana memutuskan untuk memeluk Islam, begitu juga keputusan untuk mengenakan hijab datang tanpa paksaan. Hana mulai mengenakan hijab di hari yang sama ketika dia mengucap dua kalimah syahadat.
"Ini merupakan cara terbaik untuk membedakan kehidupan saya di masa lalu dengan kehidupan saya pada masa mendatang" ujarnya.

Keputusan untuk mengenakan hijab pada waktu itu mendapatkan reaksi dari orang-orang di sekelilingnya, terutama kawan aktif dikuliahnya. Sebelum mengenakan hijab, Hana sudah memahami pandangan negatif terhadap orang-orang yang berhijab. "Saya tahu apa yang mereka fikirkan mengenai hijab, tetapi saya akan bersikap berpura-pura tidak mengetahuinya. Namun seiring dengan waktu berjalan, orang-orang di sekitar saya kini sudah bias menerima penampilan saya dengan balutan hijab." katanya lagi.

Dalam blog peribadinya, Hana mengakui bahawa menjadi seorang Muslimah di sebuah negara barat adalah sedikit menakutkan, terutama ketika semua mata di sekitarnya memandangnya dengan pandangan yang aneh. Maklum sajalah, sebagian penduduk negara-negara barat telah dijangkit dengan wabah Islamofobia.
"Oleh sebab itu, saya ingin menciptakan sesuatu yang akan membantu para muslimah yang mana juga untuk terus berusaha mengatasi perasaan takut itu." ujarnya.

Kini, dengan busana Muslimah yang dirancangnya, kaum Muslimah di negara-negara barat mampu tampil dengan busana yang bias diterima oleh masyarakat di sana tanpa meninggalkan peraturan yang ditetapkan Islam. Kini fashion busana Muslimah yang diperkenalkannya mendapat sambutan yang positif dari muslimah di seluruh dunia.

Pada 3 Juli 2015 Hana Tajima meluncurkan sebuah kolaborasi dengan UNIQLO salah satu perusahaan besar dunia fashion.
Awalnya hanya diluncurkan di Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Singapura, tetapi kini koleksinya telah menarik perhatian dari khalayak global di dunia.

Semoga cerita ini bermanfaat & bisa menjadi inspirasi sahabat hijab
Silahkan Like & Share